Perbandingan Corak Tafsir Berdasarkan Perbedaan Struktur Otoritas Keagamaan dan Konteks Politik-Sosial

Abstrak

Penelitian ini mengkaji perbedaan cara menafsirkan Al-Qur’an di Brunei Darussalam dan Singapura. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor politik, lembaga keagamaan, dan kondisi sosial masyarakat di kedua negara. Di Brunei, penafsiran Al-Qur’an mengikuti falsafah Melayu Islam Beraja (MIB) dan berpegang pada Mazhab Syafi’i. Tafsir di Brunei bersifat legalistik (mengutamakan hukum) dan dikendalikan oleh negara melalui lembaga resmi. Sementara itu, Singapura mengembangkan tafsir yang kontekstual dan moderat karena masyarakatnya multikultural dan umat Islam merupakan kelompok minoritas. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana metode penafsiran, sumber otoritas keagamaan, dan kondisi sosial memengaruhi cara Al-Qur’an ditafsirkan di kedua negara. Penelitian menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan menganalisis karya tafsir, kebijakan keagamaan, dan penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brunei mempertahankan pola tafsir yang seragam berdasarkan fiqh Syafi’i. Sebaliknya, Singapura lebih menekankan maqāṣid al-sharī‘ah, dialog sosial, dan penyesuaian dengan kebutuhan zaman. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan corak tafsir di Brunei dan Singapura tidak hanya disebabkan oleh tradisi keilmuan Islam Melayu, tetapi juga oleh sistem politik dan kebutuhan sosial kontemporer. Temuan ini memberikan kontribusi penting bagi studi tafsir di kawasan Nusantara dengan menyajikan perbandingan yang jarang dilakukan dalam penelitian sebelumnya.